Jakarta - Bagi Ari
Kristianto, vakum dari dunia reli selama 10 tahun tidak membuatnya lupa
melakukan counter steering di tikungan. “Banyak teman yang sering
ngajakin latihan reli lagi, jadi mau enggak mau ya nyebur lagi ke dunia
reli,” buka Ari Kristianto.
Maka dari itu, untuk melampiaskan
hasratnya yang sudah memuncak, pria ramah ini sengaja membeli sebuah
Corolla DX. “DX ini sudah saya pakai setahun belakangan ini, saya
drivernya, dan anak saya Arya Kristianto sebagai navigatornya, namun
tahun ini Arya akan diproyeksikan sebagai pengganti saya,” tutur pria
enerjik ini.
Untuk segera menghilangkan dahaga terhadap mobil
kencang, maka Ari pun melakukan jalan pintas, dengan mengganti mesin
standar DX 4K dengan mesin 3S-GE berikut transmisinya. “Pertimbangan
saya pakai 3S-GE karena saya ingin mesin yang kapasitasnya lebih besar,”
ungkap Ari.
Sekadar informasi, 4K memiliki kapasitas 1.3 liter, sedangkan
3S-GE yang merupakan copotan dari Toyota Celica GT-Four berkapasitas 2,0
liter. “Sedangkan ubahan yang utama adalah penggantian kem dengan
buatan Kelford, yang memiliki durasi 270 derajat, supaya napas mesin
lebih panjang,” beber Ari.
Proses pemasangan mesin 3S-GE ini
tidaklah mudah, karena dimensinya yang sedikit berbeda, dan posisi delco
yang ada di bagian belakang. “Harus bobok firewall, supaya posisi delco
bisa masuk,” ungkapnya.
“Karena enggak memungkinkan kalau harus mengubah posisi delco,”
kekeh Ari. Lainnya hanya mengganti engine mounting custom berbahan
polyurethane yang ketinggiannya disesuaikan dengan posisi mesin secara
keseluruhan.
“DX ini sengaja dibangun untuk reli, maka sektor
kaki-kaki juga jadi salah satu fokus utamanya,” lanjut Ari. Maka
pengaplikasian sokbreker Bilstein bukan tanpa alasan.
“Konstruksi
sokbreker Bilstein cukup kokoh, jadi untuk melahap trek ekstrim enggak
perlu khawatir bakalan rontok,” terang Ari. “Bahkan mobil sempat
beberapa kali terbang saat melewati gundukan trek,” bangga pria yang
juga hobi ngumpulin velg retro ini.
Agar pengendalian tetap stabil, sokbrekernya dikombinasi dengan
per Sachs, yang memiliki ulir renggang. Tujuanya untuk mendapatkan
kekerasan, seperti yang diinginkan oleh sang empunya mobil. Juga
ketinggian mobil pun jadi bertambah, khas mobil reli, sehingga roda
enggak gampang mentok bodi mobil.
“Kaki-kaki seperti ini sangat
enak untuk bermanuver di trek tanah, bahkan ketika harus counter
stering, mobil tetap anteng dan enggak limbung,” ungkap pemilik Honda
Jazz bervelg retro ini.
Standar Reli
Salah
satu persyaratan sebuah mobil untuk mengikuti kejuaraan reli, adalah
faktor safety-nya. Oleh karena itu, seluruh kabin mobil ini disesaki
dengan peranti roll bar yang sesuai dengan standar reli.
“Roll-bar
seamless dengan bahan besi berdiameter 45 mm untuk gawangnya,” ungkap
pehobi golf ini. Sedangkan untuk struktur lainnya, menggunakan besi
berdiameter 43 mm, dan harus dilas ke struktur bodi. Sebagai gambaran,
Ari menghabiskan sekitar Rp 12 juta untuk membuat roll-bar, namun semua
itu demi faktor keamanan, karena reli memiliki resiko yang cukup besar.
SPESIFIKASI:
Mesin
3S-GE, kem Kelford, busi NGK, kabel busi MSD, karburator Webber 4
Barrel, oil catch tank Greddy, radiator custom, knalpot custom, jok OMP,
setir Nardi Torino Classic, shift knob Tom’s, pedal Sparco, mud flap
TRD dan Avco, bonnet pin Sparco, ducktail custom, lampu Hella, sokbreker
Bilstein, per Sachs, velg Potenza Rally (14x6,5) inci, ban Spectra Pro
Rally 103 175/70 R14