Wukup di Padang Arafah |
Wukuf adalah kegiatan utama dalam ibadah haji. Bahkan, inti ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah.
Bila dalam rangkaian kegiatan haji jamaah tidak dapat melaksanakan
wukuf dengan baik, maka tidak sah ibadah hajinya. Wukuf dilaksanakan
hanya pada satu hari (siang hari) pada tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah. Cara pelaksanaan ibadah wukuf ini adalah dengan berdiam diri (dan berdoa) di padang luas di sebelah timur luar kota Mekkah, Arab Saudi.
Di daerah terbuka yang gersang tanpa bangunan inilah, lebih dari dua
juta umat Islam dari berbagai pelosok dunia selalu berkumpul tiap
tahunnya melaksanakan wukuf.
Wukuf adalah puncaknya haji. Secara fisik, wukuf Arafah adalah puncak
berkumpulnya seluruh jamaah, yang berjumlah jutaan, dari penjuru dunia
dalam waktu bersamaan. Secara amaliah, wukuf Arafah mencerminkan puncak
penyempurnaan haji. Di Arafah inilah Rasulullah menyampaikan khutbahnya
yang terkenal dengan nama khutbah wada’ atau khutbah perpisahan, karena
tak lama setelah menyampaikan khutbah itu beliaupun wafat. Di saat itu,
ayat Al-Qur’an, surat al-Maa’idah ayat 3 turun sebagai pernyataan telah
sempurna dan lengkapnya ajaran Islam yang disampaikan Allah SWT melalui
Muhammad saw. Firman Allah SWT : “..Pada hari ini telah Ku-sempurnakan
untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah
Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu….” (Al-Maa’idah:3)
Arafah merupakan gambaran padang Mahsyar, yang nantinya semua makhluk
dikumpulkan disana sebelum melangkah ke surga atau neraka. Kehadiran di
Arafah memberi arti dan nuansa akhirat dengan Mahsyarnya, sekaligus
merenunginya untuk bersiap-siap menghadapi hal itu. Arafah juga
merupakan tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah beratus tahun saling
mencari di muka bumi.
Wukuf artinya hadir dan berada di Arafah pada waktu tertentu antara waktu dzuhur dan ashar.
Disini masing-masing jamaah dipersilahkan untuk mengkondisikan
dirinya berkonsentrasi kepada Allah, melakukan perenungan atas dirinya,
apa yang telah dilakukan selama hidupnya, merenungi kebesaran Allah
melalui Asmaul Husna-Nya, merenungi hari akhirat.
Bentangkan dosa-dosamu di padang Arafah ini, ingatlah satu persatu
dosa-dosa yang pernah engkau lakukan, ingatlah betapa waktumu selama ini
habis terbuang sia-sia karena lebih banyak digunakan untuk memperindah
kehidupan duniamu. Pengakuan yang jujur dan ikhlas, tanpa rasa sombong
dan takabur, di hadapan Allah adalah puncak amaliah haji. Itulah Arafah,
wukuf adalah untuk mendefinisikan hakikat keberadaan manusia dihadapan
Allah, sekalipun sebenarnya Allah telah mengetahui itu semua.
Pandanglah langit Arafah. Renungilah bahwa pada hari yang mulia itu
Allah SWT sedang memanggil para malaikatnya berkumpul di langit Arafah,
dan membangga-banggakan umatnya yang sedang wukuf di Arafah di hadapan
para malaikatnya di langit.
Disebutkan dalam hadits qudsi bahwa Allah berfirman bahwa :“Lihatlah
kepada hamba-Ku di Arafah yang lesu dan berdebu. Mereka datang kesini
dari penjuru dunia. Mereka datang memohon rahmat-Ku sekalipun mereka
tidak melihatku. Mereka minta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun
mereka tidak melihat Aku”
Allah sangat memuliakan hari wukuf di Arafah. Hari itu, Allah
mendekat sedekat-dekatnya kepada orang-orang yang wukuf di Arafah untuk
mendengarkan ungkapan dan keluhan hati mereka, menatap dari dekat wajah
dan perilaku mereka. Nabi Muhammad saw bersabda : “ . . . Ia (Allah)
mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya
kepada para malaikat, Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang
wukuf itu ?“
Pada hari itu, Allah senang sekali jika mereka berdoa kepada-Nya. Ia
mengabulkan semua doa mereka disana, sebagaimana tersebut dalam hadist
yang lain :
Sabda Rasullullah saw : “Di antara berbagai jenis dosa, ada dosa yang
tidak akan tertebus kecuali dengan melakukan wukuf di Arafah”
(disinadkan oleh Ja’far bin Muhammad sampai kepada Rasulullah saw).
Bahkan Allah murka ketika manusia tidak yakin dosanya diampunkan di
Arafah, seperti sabda Rasullullah saw : “Yang paling besar dosanya di
antara manusia adalah seseorang yang berwukuf di Arafah lalu
berprasangka bahwa Allah tidak memberinya ampun” (Al Khatib dalam kitab
Al-Muttafaq wal Muftaraq)
Demikian agung dan mulianya hari Arafah ini, meski wukuf hanya
beberapa jam saja. Sungguh sangat penting berdoa di Arafah, disaksikan
dari dekat oleh Allah SWT dan dibangga-banggakan-Nya di depan para
malaikatnya.
“Hai malaikat-Ku ! Apa balasan (bagi) hamba-Ku ini, ia bertasbih
kepada-Ku, ia bertahlil kepada-Ku, ia bertakbir kepada-Ku, ia
mengagungkan-Ku, ia mengenali-Ku, ia memuji-Ku, ia bershalawat kepada
nabi-Ku. Wahai para malaikat-Ku ! Saksikanlah, bahwasanya Aku telah
mengampuninya, Aku memberi syafaat (bantuan) kepadanya. Jika hambaku
memintanya tentu akan Kuberikan untuk semua yang wukuf di Arafah ini.”
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar